Menjadi orang tua memang bukanlah perkara yang mudah. Banyak hal yang
harus dijaga dan dipertimbangkan agar tidak memberikan pengaruh buruk
buat anak. Termasuk kata-kata yang diucapkan pada anak. Seringkali orang
tua berucap mengenai hal yang tak seharusnya ia ungkapkan kepada
anaknya. Sedang sibuk, bertengkar dengan suami atau istri, dan banyak
hutang adalah beberapa keadaan yang biasanya melatarbelakangi hal
tersebut. Dikutip dari Wolipop, berikut adalah beberapa hal yang
sebaiknya tidak diucapkan orangtua kepada anaknya :
Pergi! Mama ingin sendiri dulu!
Suzette Haden Elgin, Ph.D., pendiri Ozark Center for Language Studies
mengatakan bahwa jika para orang tua mengucapkan ini, anak-anak akan
berpikir tidak ada gunanya untuk berusaha berbicara kepada orang tuanya
karena mereka selalu diusir.
Saran :
Akan lebih baik kalau anda mengatakan “Nak, ada yang harus ibu
selesaikan dulu, jad ibu ingin kamu menggambar dulu sendiri ya beberapa
menit. Kalau ibu sudah selesai, ibu akan menyusul.”
Kamu itu...!
Menghakimi anak adalah jalan pintas untuk mengubah mereka. Jika orang
tua mengatakan “Kamu itu memang pemalas, “, maka secara tidak langsung
mereka akan ikut melabeli dan menganggap dirinya memang pemalas,
parahnya mereka yakin bahwa hal tersebut tidak dapat diubah.
Saran :
Jika ingin mengubah tingkah anak, lebih baik katakan secara jelas dan
spesifik mengenai apa yang sebaiknya mereka lakukan dan apa yang
sebaiknya tidak mereka lakukan. Jangan pernah sekalipun menghakimi
mereka.
Jangan menangis!
“Jangan sedih!” atau “Jangan seperti anak kecil!” merupakan variasi
lain dari kalimat di atas. Perlu diketahui, anak-anak belum bisa
menyalurkan emosinya melalui kata-kata. Mereka tertawa ketika senang,
dan sudah pasti mereka menangis ketika sedih. Jadi, menangis merupakan
hal yang lumrah bagi mereka.
Saran :
Cobalah pahami emosi atau kesedihan mereka. Contoh : “Ibu tahu kamu
takut kalau sekolah tidak ditemani ibu. Tapi di sana ada ibu guru dan
teman-teman yang nemenin kamu. Kalau kamu masih belum berani, ibu akan
tunggu di luar dan kamu bisa bertemu dengan ibu kapanpun kamu mau. Ibu
janji nggak akan ninggalin kamu sendirian”.
Kenapa kamu tidak seperti dia?
Membanding-bandingkan anak bukanlah cara yang efektif untuk mengubah
perilakunya. Anak memiliki fase tersendiri untuk belajar, memiliki
temperamennya masing-masing, dan juga kepribadian yang pasti berbeda
antara satu dengan yang lainnya.
Saran :
Berikan apresiasi dan pujian setiap mereka melakukan hal yang baik. Ini akan mendorongnya untuk melakukan lagi hal tersebut.
Lho, hanya begini hasilnya?
Sama seperti membandingbandingkan, anak juga pasti akan sakit hati
jika orang tuanya mengatakan kalimat ini kepadanya. Belajar adalah suatu
proses untuk mencoba dan melakukan kesalahan hingga anak akhirnya
berhasil untuk menguasai suatu hal. Kalimat ini tidak akan
menyemangatinya untuk terus menguasai hal tersebut, malah hanya akan
menyakiti dan membuatnya malas kembali belajar.
Saran :
Jika anak terus melakukan kesalahan, berikan mereka semangat dengan
berkata “Sepertinya akan lebih baik jika kamu menyelesaikannya dengan
cara seperti ini”. Kalimat ini akan jauh lebih memotivasinya untuk dapat
menguasai suatu hal.
Berhenti, atau...
Kalimat di atas merupakan salah satu bentuk ancaman. Jika orang tua
sering mengatakan ini kepada anak, cepat atau lambat ancaman ini tidak
akan berpengaruh lagi dan bahkan mereka akan menganggap ancaman sebagai
suatu hal yang biasa.
Saran :
Jangan lagi memberinya ancaman. Akan lebih efektif untuk menerapkan
taktik seperti memberikan pengarahan, menjauhkan anak dari situasi
serupa, atau memberinya time-out.
Hebat!
Memang, tidak ada salahnya untuk memuji anak. Tapi kesalahan dari
suatu pujian adalah ketika orang tua memuji untuk tingkah laku anak yang
biasa saja. Misalnya, pengucapan kalimat “Wah, kamu sangat hebat!”
kepada anak yang telah terbiasa menghabiskan susunya setiap hari.
Anak-anak dapat membedakan mana pujian yang dilontarkan untuk sesuatu
yang sederhana, dan pujian untuk suatu tingkah lakunya yang memerlukan
usaha lebih.
Saran :
Lebih baik, berikan pujian untuk usaha keras yang telah anak lakukan
seperti menyelesaikan pekerjaan rumah yang sulit. Bisa juga pada hal
yang jarang dilakukan dan sekarang mereka berhasil melakukannya. Pujian
yang spesifik membuat anak lebih termotivasi untuk melakukan tingkah
laku tersebut.