Jakarta (ANTARA News) - Pengamat Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia, Rizal Darmaputra, menilai penembakan pos polisi dan menewaskan satu polisi di Solo merupakan pola eksekusi yang direncanakan.
"Di Solo itu merupakan teror. Sedangkan khusus penembakan dapat dikategorikan sebagai pola eksekusi, karena tidak dilakukan secara acak," katanya, di Jakarta, Jumat.
"Di Solo itu merupakan teror. Sedangkan khusus penembakan dapat dikategorikan sebagai pola eksekusi, karena tidak dilakukan secara acak," katanya, di Jakarta, Jumat.
Bripka Dwi Data Subekti, polisi yang ditembak di pos polisi di mana dia bertugas, meninggal dunia di RS PKU Muhammadiyah Solo. Dia bahkan ditembak hingga lima kali berturutan, di badan dan bagian kepalanya. Penembakan oleh orang yang tidak diketahui itu di Pos Polisi Plasa Singosaren Kota Solo, sekitar pukul 21.00 WIB, Kamis (30/8).
Sebelumnya, juga terjadi pelemparan granat di Pospam Gladak, Solo, sekitar 23.32 WIB, Sabtu (18/8).
Darmaputra mengatakan, aksi-aksi ini direncanakan mengingat Solo mudah meletupkan konflik karena pengelompokan afiliasi politik dan ideologi sangat kuat. "Sehingga Solo dapat dikatakan kota sumbu pendek untuk terjadi konflik," katanya.
Kota Solo juga yang cukup parah perusakannya oleh warga setempat pada masa-masa demonstrasi anti Soeharto saat reformasi yang berujung pada pengakhiran kekuasaan Orde Baru padahal Hartinah Soeharto atau IbuTien berasal dari sana. Solo pula yang menjadi titik sentral pemberontakan simpatisan PKI pada 1926.
Menurut dia, penembakan tersebut untuk sementara akan membangun ketakutan dan rasa saling curiga serta ketidakpercayaan kepada aparat kepolisian maupun pemerintah daerah di Solo.
"Berikutnya provokasi ke arah konflik horisontal, setelah terbangun opini bahwa aparat kepolisian dan Pemda lemah, maka provokasi untuk menggulirkan konflik menjadi lebih mudah," katanya.
Menurut dia, penembakan tersebut untuk sementara akan membangun ketakutan dan rasa saling curiga serta ketidakpercayaan kepada aparat kepolisian maupun pemerintah daerah di Solo.
"Berikutnya provokasi ke arah konflik horisontal, setelah terbangun opini bahwa aparat kepolisian dan Pemda lemah, maka provokasi untuk menggulirkan konflik menjadi lebih mudah," katanya.
Sumber : http://www.antaranews.com/berita/330569/penembakan-polisi-solo-eksekusi-yang-direncanakan